TRILOGI PANTAI AMBON

Hai Kawan,

Walaupun baru sehari kemarin mengelilingi Ambon, hari itu saya wajib menjadi perencana perjalanan, operator, sekaligus pemandu dadakan buat kawan dari Jakarta dan Surabaya yang akan bergabung. Kembali lagi mengunjungi pantai terindah, belut raksasa, kolam air panas, dan pastinya mencicipi rujak legendaris. Tapi sebelumnya, saya kembali bersama Bang Musa, menjelajahi tiga pantai indah di Barat Ambon.

Pagi itu mendung kembali menggantung, untungnya hujan tidak ikut turun. Janji menyambangi tiga pantai di Ambon bagian Barat bersama Bang Musa bisa berantakan. Di terminal Batu Merah, Ambon, kembali saya bertemu dengan Bang Musa. Beliau sudah siap tetapi motornya tidak terlihat. “Sedang dipakai ambil barang sebentar bang, tunggu ya,” katanya menenangkan saya. Tidak lama, motornya pun datang dan kembali kami menembus jalan menuju Latuhalat.

Tujuan pertama pagi ini adalah Pantai Santai. Setelah bermotor 30 menit, kami tiba di tempat tujuan. Tidak ada kata lain yang tepat untuk menggambarkan pantai ini, santai! Sesuai namanya, pantai ini memang jadi pilihan tepat untuk bersantai. Pasir putihnya yang landai, air laut yang tenang dan bening, serta deretan pepohonan yang menaungi sepanjang pinggir pantai. Sayang saya tidak membawa perlengkapan untuk snorkeling, kalau tidak, sedari tadi saya sudah menceburkan diri. Melongok keindahan bawah laut yang terlihat samar dari permukaan air yang jernih.

Pagi itu beberapa orang sedang menangkap ikan tidak jauh dari dam beton yang dibangun melindungi pantai. walaupun hanya dengan google, snorkel, serta jaring saja, kelihatannya cukup banyak hasil tangkapan mereka.

2 ambon 21

Puas menikmati Pantai Santai, saya dan Bang Musa melanjutkan perjalanan. Kali ini kami masuk ke kawasan pantai yang tidak jauh dari Pantai Santai. Pantai Bethesda, itulah yang tertulis di papan nama pantai. Saya sedikit bingung karena tujuan kali ini adalah Pantai Pintu Kota. Rupanya pantai dapat diakses melalui dua jalan. Pantai Bethesda dari sisi bawah Pantai Pintu Kota atau langsung menuju atas tebing yang membentuknya. Melalui jalur ini ternyata lebih menguntungkan, karena tebing Pintu Kota langsung terpampang di depan mata.

Kawan pasti langsung dapat menebak dari mana asal nama Pantai Pintu Kota. Tebing yang berlubang karena gerusan ombak laut membentuk semacam lubang pintu. Laut yang sedang surut pagi itu mengizinkan saya untuk berjalan melaluinya, melalui Pintu Kota. Berjalan diantara karang-karang yang membentuk pantai. Ikan warna-warni tampak berenang bersembunyi di kolam-kolam kecil yang terbentuk saat laut surut.

Tidak cukup hanya menikmati dari bawah, saya menyusuri tangga untuk naik ke atas tebing. Berjalan jauh ke ujung dengan pemandangan laut tidak berbatas. Sisi lain dari Pantai Pintu Kota adalah tebing dengan laut yang dari warnanya tampak cukup dalam. Ketinggian membuat saya mundur teratur dari tepi tebing mengistirahatkan badan sejenak ditemani kelapa muda segar.

2 ambon 22

Walaupun orang Ambon asli, bukan berarti Bang Musa tahu pasti tempat-tempat wisata di daerah ini. Apalagi kampung halamannya cukup berada jauh dari Latuhalat. Pantai Namalatu yang jadi tujuan ketiga sempat terlewati cukup jauh karena tidak ada petunjuk yang cukup jelas. Akhirnya kami menemukan jalan masuk ke pantai indah ini.

Pantai Namalatu punya dua karakteristik. Pantai karang dengan deretan pohon Kelapa yang berjejer di sepanjang pantai dan pantai pasir dengan pohon Ketapang Laut yang meneduhkan. Keduanya dibatasi sebuah dermaga beton yang menjorok ke laut. Walau kondisinya tidak lagi bagus, dermaga ini masih bisa digunakan untuk sekedar berfoto. Mau bersantai dan berenang? Pilih pantai pasir dengan ombak laut yang tenang.

2 ambon 23

Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 WIT, saatnya menuju bandara Pattimura untuk menemui kawan dari Jakarta dan Surabaya. Kali ini Bang Musa menawarkan saya menyeberangi selat Ambon dengan Kapal Ferry. Kapal ini cukup menghemat waktu perjalanan dan bahan bakar untuk mencapai bandara. Tentu saja tawarannya tidak saya tolak. Mencoba seluruh moda transportasi dan melihat konstruksi-konstruksi gagah Jembatan Merah Putih, yang saat itu masih dalam pembangunan, tentunya jadi pengalaman tersendiri.

Tiba di Bandara Pattimura disaat yang tepat, kawan-kawan dari Jakarta dan Surabaya sudah tiba. Waktunya saya berubah menjadi pemandu wisata karena mereka menyerahkan jadwal penjelajahan sore ini kepada saya. Mulai dari mencari kendaraan sampai pilihan tempat-tempat yang dituju.

Sore ini jadwal penjelajahan yang saya atur adalah kembali bermain dengan anak-anak Desa Liang yang kemarin menemani saya ditengah gerimis di dermaga Pantai Liang. Bertemu dengan Pak Mapaku dengan Morea, belut-belut raksasa, di Air Waiselaka. Kemudian sejenak melemaskan badan dengan berendam air panas di Air Panas Hatuasa dan tetap harus mencicipi Rujak ditemani matahari tenggelam di Pantai Natsepa.

2 ambon 25

Setelah bersih-bersih sebentar di hotel, kami makan malam dengan salah seorang kawan yang bekerja di Ambon. Pilihannya adalah salah satu restoran yang menyajikan berbagai hidangan laut dan makanan khas Maluku. Secara harga, makan malam kali ini memang jauh dari makan saya di malam pertama dan kedua. Agak harus merogoh kocek lebih dalam. Penjelajahan hari ini usai setelah ngopi dan berfoto di Lapangan Merdeka dengan tulisan Ambon Manise yang tidak boleh dilewatkan. Waktunya berisitirahat karena besok perjalanan masih panjang menuju Pantai Ora di Pulau Seram.

Ikuti penjelajahan saya berikutnya, 9 hari baronda di Maluku Utara dan Maluku. Klik JELAJAH untuk menerima notifikasinya lewat email.

@kawanjelajah

#ayojelajahindonesia

Tinggalkan komentar

close-alt close collapse comment ellipsis expand gallery heart lock menu next pinned previous reply search share star