Hai Kawan,
Perjalanan panjang melewati darat, laut, dan udara, demi menikmati pulau-pulau indah dan berenang bersama Hiu di mutiara Laut Jawa, Karimunjawa.
Perjalanan saya hari ini lengkap sudah, darat, laut, dan udara. Setelah 55 menit dari Jakarta, pesawat mendarat di bandara A. Yani, Semarang, dilanjutkan dengan mobil menuju pelabuhan laut Tanjung Mas. Kapal cepat Kartini telah menanti, siap membawa saya dan penumpang lainnya mengarungi laut Jawa menuju pulau Karimunjawa.
Tiga jam lebih menghempas ombak, akhirnya kapal merapat di pelabuhan. Selamat datang di Karimunjawa, perjalanan belum usai. Sepuluh menit berminibus ke pelabuhan nelayan di sisi Selatan pulau, naik becak pun bisa jadi pilihan jika ingin sedikit menikmati kota kecamatan ini. Turunkan barang dari mobil, naikkan kembali ke kapal yang siap mengantar ke Wisma Apung Jaya Karimun.
Lima menit kapal kembali merapat. Saya terkagum-kagum dengan ‘akuarium’ alam di sekitar Wisma Apung yang ternyata tidak mengapung, tapi ‘berkaki’ di tengah laut yang dangkal. Lengkap dengan kolam tukik – anak penyu, dan hiu. Bukan fasilitas hotel bintang lima. Kamar mandi pun ‘menyatu’ dengan laut. Tetapi dari beranda saya bisa menikmati jernihnya air, hembusan angin, dan pandangan ke pulau-pulau sekitar serta laut yang tidak berbatas, pemandangan lebih dari hotel bintang lima.
Setelah makan siang penjelajahan dimulai dengan tujuan pertama pulau Cemara Besar. Kapal menghempas ombak angin Selatan selama tiga puluh menit. Mendekati pulau, laut menjadi biru kehijauan dengan pasir putih dan terumbu karang. Kehidupan dasar laut kembali terlihat. Dari tengah laut saya bisa berjalan menuju pulau, merasakan butiran halus pasir dan hangatnya matahari. Sesekali memungut cangkang telur bintang laut yang bergambar seperti dicetak. Sebuah maha karya indah Sang Pencipta.
Matahari merendah, perjalanan dilanjutkan menuju Tanjung Gelam di sisi Barat Pulau Karimunjawa. Kembali menghempas ombak bersama beberapa kapal bertujuan sama.
Langit mulai memerah saat kapal yang saya naiki berlabuh di pantai pasir putih kecoklatan Tanjung Gelam. Waktunya menikmati matahari tenggelam, menghilang di batas laut. Kapal-kapal penangkap ikan tersebar dengan lampu-lampu petromaks pengundang ikan, mengisi laut yang mulai gelap saat kembali ke Wisma Apung. Bulan mulai terbit dan menerangi malam.
Saat matahari muncul, laut memantulkan warna lembayung. Saya ikut turun ke darat – ke Pulau Karimunjawa, untuk melihat kesibukan pagi hari di pasar tradisional. Walau terletak di tengah lautan, tetapi tidak banyak ikan yang dijual. Hanya beberapa hasil tangkapan yang digelar. Pasar ramai dengan beragam jajanan ringan. Ikan asin, teri, dan rumput laut kering bisa jadi oleh-oleh untuk dibawa pulang nanti.
Penjelajahan hari kedua dimulai setelah sarapan dengan tujuan Pulau Menjangan Kecil. Cukup tiga puluh menit jangkar kembali diturunkan. Snorkeling, berenang bersama ikan-ikan. Kali ini laut cukup dalam dan hamparan karang tersebar sampai hampir ke bibir pantai. Jika tidak suka berbasah-basahan, keindahan bawah air bisa dinikmati melalui jendela kaca di lantai glass bottom boat. Memang tidak seindah aslinya, tapi lebih dari cukup untuk mengintip kehidupan di bawah sana.
Puas menikmati gugusan karang, kapal bergerak. Tujuan berikutnya pulau Cemara Kecil. Sebuah pulau kecil dengan pohon-pohon Cemara yang dapat dikelilingi hanya dalam waktu lima belas menit. Langit biru tidak berawan, laut jernih dengan hamparan pasir putih landai memanjakan mata. Sedikit berjalan ke tengah laut yang tidak dalam untuk menemukan gugusan karang dengan ikan-ikannya.
Tujuan berikut pulau Menjangan Besar. Kolam hiu jadi ajang adu nyali. Awalnya saya takut untuk turun, tapi ternyata hiu lebih takut dengan manusia, akhirnya harus berenang mengejar untuk sekedar menyentuhnya. Seekor penyu sisik pun ikut menghindar saat didekati. Sementara kolam dengan seekor Baracuda cukup dinikmati dari beranda pengelola.
Sore hari kembali turun ke Pulau Karimunjawa untuk mencari oleh-oleh dan menyambangi pantai-pantai. Pantai Nirwana yang menjadi bagian dari Nirvana Lodge jadi pilihan. Pasir coklat dengan bebatuan besarnya mengingatkan pantai-pantai di Bangka Belitung.
Saat langit berubah warna, matahari terbenam, saya kembali ke Wisma Apung. Menikmati malam terakhir di Karimunjawa.
Pagi harinya saya sudah harus berada di pelabuhan nelayan, lalu siap di atas KMP Muria. Perjalanan enam jam menuju Pelabuhan Kartini, Jepara, berbus selama dua jam menuju Bandara A. Yani, Semarang. Malam tiba di Jakarta. Seharian di laut, darat, dan udara.
Kulit panas memerah terbakar matahari dan rasa letih, terbayar dengan kenangan hembusan angin, langit biru, halusnya pasir putih, deburan ombak, hangatnya matahari, dan kehidupan dalam beningnya laut di Karimunjawa. Benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan. Jadi kawan, tempat ini wajib masuk daftar kunjunganmu!
#ayojelajahindonesia